Kamis, 07 Januari 2010

Cikal Bakal Syiah Di Indonesia

"Mereka lupa bahwa sesungguhnya negara tersebut memang didirikan di atas genangan darah penentangnya terutama Sunni..."

Ketika Meir Husein Musavi kalah dalam pilpres Iran juni 2009 dan menyerukan para kaum reformis untuk menggugat, menghujat dan menentang kecurangan yang terjadi dalam pilpres, namun seruannya dibungkam dengan tangan besi Ahmadi Nejad, banyak pemuja Iran di Indonesia yang menafsirkannya dengan dasar husnuzan... Mereka lupa bahwa sesungguhnya negara tersebut memang didirikan di atas genangan darah penentangnya terutama Sunni... Tidak ada data otentik yang menyebutkan kapan persisnya ajaran syi'ah masuk ke Indonesia. Namun melihat fakta dan sejarahnya, masuknya syi'ah ke Indonesia tak bisa lepas dari sejarah politik negeri asal syi'ah itu berada, yaitu Iran. Sejak tumbangnya Syah Reza Pahlevi pada tahun 1979 melalui sebuah revolusi besar dan mendunia yang dipimpin oleh Ayatullah Khomeini. Sejak itu pula ajaran syi'ah menyebar ke berbagai negara. Gema jihad melawan kemunkaran dan kezholiman dari Iran ditransfer ke berbagai penjuru dunia. Sehingga mendapat sambutan luas dan respon positif dari berbagai kalangan di berbagai belahan dunia dengan terbentuknya solidaritas muslim dunia yang secara moral mendukung gerakan tersebut.

Dari sepak terjang gerakan tersebut ada hal yang menarik yang bisa membangun dan menumbuhkan rasa solidaritas dunia Islam tersebut, yaitu militansi ke-Islaman. Orang melihat bagaimana keadilan melawan kezholiman, kebenaran melawan kebathilan , kebaikan melawan kemunkaran, dan menang.

Akhirnya menyedot perhatian dunia Islam dan banyak orang menyanjung dan mengagumi sang pemimpin revolusi yaitu Ayatulloh Khomeini, dan mereka pun berharap dan berdo'a untuk kemajuan Islam dan kebangkitan kaum muslimin.

Banyak orang melihat bahwa revolusi Islam Iran pimpinan Khomeini ini sebagai tonggak kebangkitan Islam diabad 15 Hijriyah. Akhirnya banyak orang yang menutup mata atau meremehkan dan mengabaikan paham syi'ah dibalik gema gerakan tersebut, karena yang ditonjolkan adalah faktor keadilan versus kezholiman, kebenaran melawan kemunkaran, yang ditampakkan kepermukaan adalah issu pembelaan terhadap mustadh'afin (orang-orang tertindas), disamping issu penegakan demokrasi dan Hak Asasi Manusia (sekalipun bukan atau belum) telah menjadikan banyak orang dari kalangan muda dan sebagian tokoh-tokoh intelektual kita terkagum-kagum dan menjadi pemuja Iran dan pemimpinnya Khomeini seperti halnya Amien Rais, Dawam Rahardjo, Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid dan lain-lain. (lihat Mengapa menolak syi'ah hal.132 dan seterusnya).

Gerakan syi'ah ini masuk ke Indonesia ditandai dengan munculnya kelompok-kelompok yang ditengarai berbagai kalangan mengarah ke gerakan syi'ah seperti halnya di Iran, atau muncul gema gerakan syi'ah yang dihembuskan tokoh-tokoh Iran yang sengaja disebar untuk mengekspor Revolusi Iran itu keberbagai penjuru dunia.

Perkembangan Syi'ah atau yang mengatasnamakan madzhab Ahlul Bait di Indonesia ini cukup pesat. Sejumlah lembaga yang berbentuk pesantren maupun yayasan didirikan di beberapa kota di Indonesia seperti, Jakarta, Bandung, Pekalongan, Bangil, Lampung dan lain sebagainya. Dan membanjirnya buku-buku tentang syi'ah yang sengaja diterbitkan oleh para penerbitnya yang memang berindikasi syi'ah atau lewat media massa, ceramah-ceramah agama dan lewat pendidikan dan pengkaderan di pusat-pusat dan majelis-majelis ta'lim.

Gerakan mereka bervariasi, ada yang begitu agresif dalam menda'wahkan ke syi'ahannya dan ada juga yang biasa-biasa saja dan ada juga yang lambat. Ada yang begitu frontal dan ada juga yang begitu sensitif.

Namun demikian, semuanya mempunyai tujuan yang sama yaitu Syi'ah. Semuanya bekerja untuk mempropagandakan dan memperkenalkan Revolusi Islam Iran tersebut, mengangkat panji-panji revolusi, memperkenalkan syi'ah dipanggung politik dunia dan mendesakkan kepada dunia Islam untuk mengakui keberadaan Syi'ah sebagai salah satu aliran yang sah didunia Islam.

Apalagi vokalitas dalam mensikapi kekuatan hegemoni Barat yang cenderung ingin menguasai dunia, semakin menarik perhatian kaum muslimin yang kurang mengetahui hakikat agamanya sendiri dan tidak memahami hakikat syi'ah yang sebenarnya, ikut mendukung dan bahkan membantu gerakan syi'ah ini.

Disisi lain banyak pula tokoh-tokoh Islam dinegeri ini yang sudah terpengaruh paham syi'ah ini ikut serta menda'wahkan paham ini dan mengajak kaum muslimin untuk memperkecil perbedaan dan perselisihan, bahkan ada yang terang-terangan pasang badan untuk membela syi'ah, seperti yang dilakukan Said Aqiel Siradj, wakil katib syuriah PBNU yang pernah digugat sejumlah kyai dan pemimpin NU, karena aktivitas propaganda syi'ahnya. Ia mengatakan seperti dikutip Panji Mas No. 29 tahun 1-3 November 1997, "Menghadapi serangan terhadap Syi'ah, tak perlu ulama syi'ah turun tangan, cukup saya dan Gus Dur dari NU, Nurcholish Madjid, Emha Ainun Nadjib, Pak Amien Rais dari Muhammadiyah, yang melakukan pembelaan" katanya saat menjadi pembicara dalam acara Do'a Kumail (acara khas syi'ah) digedung Darul Aitam Tanah Abang, Jakarta. (lihat Mengapa Kita Menolak Syi'ah hal. 254).

Sehingga tanpa disadari lambat tapi pasti, Ahlus Sunnah yang merupakan keyakinan mayoritas penduduk negeri ini digiring untuk mengikuti dan mendukung kebatilan yang ada pada ajaran syi'ah tersebut.

Respon yang luar biasa juga terhadap da'wah dan ajakan para propagandis Syi'ah ini banyak ditunjukan oleh kalangan kampus terutama mahasiswanya dan kalangan awam Ahlus Sunnah, hingga banyak diantara mereka yang sudah terasuki paham aliran ini. Dan yang menarik bagi mereka tentunya karena ada kawin kontraknya (nikah mut'ah).(www.islam-indo.org)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar